Jumat, 18 September 2009

Menjadi Ahli Syurga di Dunia

Misi dakwah kita adalah meraih ridha Allah dengan beribadah kepada-Nya. Dan, bentuk konkrit dari ibadah adalah menerapkan dan menyemai seluruh kehendak Allah yang Ia turunkan dalam bentuk syariat dalam kehidupan kita sebagai individu, masyarakat, dan negara. Dengan kata lain, segala upaya kita ditujukan agar kita masuk surga dengan ridha Allah dan rasul-Nya.

Seluruh kelelahan kita, dari keringat hingga darah segar yang tertumpah, tidak ada gunanya sama sekali jika tidak mengantarkan kita ke syurga-Nya. Sebab, segala kenikmatan dunia terlalu kecil untuk dibandingkan dengan dahsyatnya neraka, sebagaimana segala beban derita hidup di dunia tidak ada ertinya sama sekali jika diukur dengan kenikmatan tidak terbatas yang Allah janjikan di syurga. Menjadi presiden atau wakil presiden, gabenor, menteri, ketua menteri, datuk Bandar, DUN dan lainnya, adalah perlu bagi aktivis dakwah yang memang ahli. Sebab, jika bukan aktivis dakwah yang mengisi jabatan jabatan awam strategik seperti itu, perubahan apa yang kita harapkan dari reformasi? Dan ke mana arah perubahan ini akan berlangsung?

Tentu, semuanya dilakukan untuk satu tujuan: "menegakkan kalimah Allah". Dengan tujuan ini, kita mempunyai alasan untuk dimasukkan ke dalam syurga-Nya. Namun, jika semua jabatan dimaksudkan untuk mencari keuntungan duniawi, baik materi maupun populariti, justru akan menjadi bahan bakar yang akan semakin mengobarkan api neraka yang kelak akan ditanggungnya. Na'udzubillahi min dzalik. Maka, setiap daie tidak boleh kehilangan arah tuju, sebagaimana dia tidak boleh berhenti di tengah jalan dakwah yang terjal penuh onak dan duri ini.

Wajah Yasir ra. dan keluarganya-isterinya, Sumayyah, dan anaknya, Ammar harus tertancap dalam benak kita. Bagaimana mereka yang dhuafa' itu mampu memberikan teladan yang luar biasa, ketika berada di puncak siksaan kaum kafir Quraisy yang nyaris menghilangkan segala kesedaran (fizikal dan keimanan). Ketika itu, tiba-tiba datang berita dari langit melalui lisan suci Sang Nabi saw., "Shabran ala Yasir. Fa inna mau'idakum al-jannah (Sabarlah wahai keluarga Yasir, kerena sesungguhnya, tempat yang dijanjikan Allah untuk kalian adalah syurga)." Seketika itu juga, segala derita lenyap. Dunia yang tampak besar menjadi kerdil tak berarti. Semua yang ada menjadi indah belaka. Subhanallah.

Ya..., kata "syurga" itulah yang membuat Yasir ra' dan keluarganya mampu bertahan menghadapi segala derita dalam keimanannya. Kata "syurga" tidak hanya mampu membuat bertahan dalam penderitaan, bahkan mengubah segala penderitaan menjadi kenikmatan. Tentu saja, ini sangat sukar dijelaskan dengan kata-kata. Ia hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang mengalaminya.

"Syurga". Orang-orang kafir Quraisy dan yang satu pemikiran dengan mereka menganggapnya sebagai mentera sihir yang membuat orang yang terkena lupa daratan. Sementara orang-orang yang beriman merasakannya sebagai kenikmatan hidup hakiki yang hanya diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang dicintai-Nya.

Allah swt. berfirman,

"Sesungguhnya, orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami adalah Allah,' kemudian mereka istiqamah (teguh pendirian), maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, ']anganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan kepadamu.' Kami (Allah) lah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat. Di dalam surga itu kamu memperoleh apa pun yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) apa pun yang kamu minta. Itu semua merupakan sajian (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Fushshilat: 30-32)

Khubaib bin 'Adi ra., utusan Rasulullah saw. yang dikirim bersama sepuluh sahabat ra. lainnya untuk memata-matai musuh tertangkap. Ia disiksa dan dibunuh dengan cara disalib di pohon kurma dan dipanah. Sebelum disalib ia minta diberi kesempatan untuk shalat. Ia pun shalat dengan khusyu'. Dua rakaat, dua rakaat lagi, lagi dan lagi...

Ia sangat menikmati shalatnya. Seusai salam ia berpaling kepada para algojo yang telah menantinya, seraya berkata, "Demi Allah, kalau bukan khuatir kalian menyangka aku takut mati, niscaya aku akan melanjutkan solatku... " Kemudian ia mengangkat tangan dan berdoa, "Ya Allah, susutkan bilangan mereka. Binasakan mereka hingga musnah... !" Setelah itu ia menatap satu per satu wajah para algojonya seraya bersyair,

Mati bagiku tidak masalah
Asalkan dalam ridha dan rahmat Allah
Dengan jalan apa pun kematian juga terjadi
Asalkan kerinduan kepada-Nya terpenuhi
Aku berserah diri kepada-Nya
Sesuai takdir dan kehendak-Nya
Semoga rahmat dan berkah Allah tercurah
Pada setiap sobekan daging dan cucuran darah

Sehari sebelum penyaliban dilakukan, Khubaib ra. diikat berhampiran rumah Harits. Salah seorang puteri Harits menjenguknya. Tiba-tiba ia berteriak memanggil kaum Quraisy untuk menyaksikan sebuah keajaiban. "Demi Allah," katanya, "saya melihat Khubaib menggenggam setangkai besar anggur dan memakannya... sedangkan ia terikat kukuh pada besi. Padahal di Makkah tidak ada sebiji anggur pun..." Khalid Muhammad Khalid, penulis buku Ar-Rijal Haular Rasul mengatakan, "Menurut saya, itu adalah rezeki Allah berikan kepada Khubaib ra. sebagaimana dulu pernah diberikan kepada Maryam binti Imran (Ali Imran: 37)."

- 2 April 2009


Sumber :

antamuSlim

http://www.halaqah-online.com/v3/index.php?option=com_content&view=article&id=633:menjadi-ahli-syurga-di-dunia&catid=36:tazkiyatun-nafs&Itemid=84

18 September 2009

1 komentar:

  1. Subhanallah sunggu syurga serasa didepan mata,yaa Allah masukanlah kami ke dalam surgamu

    BalasHapus